Senin, 17 Juni 2013

Gunung bawakaraeng,cerita mistis di balik keindahannya!


Gunung Bawakaraeng merupakan salah satu puncak tertinggi yang berada di Sulawesi Selatan tepatnya di kabupaten Gowa. Nama gunung Bawakaraeng ini berasal dari bahasa Bugis makassar Bawa yang berarti mulut dan karaeng berarti raja atau Tuhan sehingga secara keseluruhan berarti mulut Tuhan . Tidak diketahui siapa yang memberikan nama gunung ini tetapi dengan nama tersebut menyuburkan berbagai kisah mistik dan kepercayaan. Menurut cerita dahulu gunung ini merupakan tempat pertemuan para wali-wali penyebar agama islam di Sulawesi Selatan.
Pernah mendengar cerita haji Bawakaraeng?? ini merupakan ritual dan kepercayaan sebagian warga yang berada di Sulawesi Selatan.  Para penganut keyakinan ini menjalankan ibadah haji di puncak Gunung Bawakaraeng setiap musim haji bersamaan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci tepat pada tanggal 10 Dzulhijjah mereka melakukan shalat idul Adha di puncak Gunung Bawakaraeng. Tidak ketahui pasti asal-muasal ritual haji Bawakaraeng , hanya dari cerita penduduk yang diketahui bahwa pada zaman dahulu ketika masa kerajaan Gowa masih berjaya ada seorang tokoh agama yang pergi haji ke tanah suci melalui puncak Bawakaraeng dibantu malaikat. Ada cerita versi lain yang mengatakan pada masa lampau ada seseorang yang sangat ingin naik haji, lalu dia mendapatkan bisikan untuk mendaki puncak Bawakaraeng sebagai ganti hajinya.
Selain menampilkan cerita mistis , keindahan gunung ini tidak kalah terkenalnya. Pesona alam gunung Bawakaraeng memancarkan keelokan hutan tropis yang sangat menakjubkan. Gunung ini diselimuti pepohonan hijau dengan tebaran bunga gunung beraroma khas. Untuk mendaki gunung bawakaraeng terdapat 10 pos untuk mencapai puncak. Di mulai dari kaki gunung tepatnya di desa Lembanna, medan yang kita lewati berupa perkebunan warga, selanjutnya mulai masuk hutan pinus dan untuk mencapai Post I dibutuhkan waktu perjalanan kurang lebih 40 menit.
Perjalanan dilanjutkan ke pos II, jalur ini tidak terlalu terjal dapat ditempuh kurang lebih 1 jam. Di pos II ini berupa daratan yang dikelilingi oleh semak-semak dan batu-batu sedang. Menuju pos III perjalanan cukup rumit karena terdapat banyak semak-semak yang merambat masuk ke dalam jalur. Selanjutnya kita berjalan menuju pos IV dan V. Jalur ini ditumbuhi pohon-pohon besar beragam jenis dan beberapa batang pohon rebah dan menutupi jalur. Tiba di pos V yang terdapat dataran luas yang ditumbuhi rumput ilalang, para pendaki dapat beristirahat di pos V ini karena terdapat pula sumber mata air disebelah kirinya. Selanjutnya dari pos V menuju Pos VI mulai mendaki sepanjang perjalanan banyak pohon yang tumbang akibat kebakaran dan badai. Batu-batu berukuran besar juga berserakan disepanjang jalur naik menuju pos VI.
suasana sangat berbeda kita temukan ketika melalui jalur menuju pos VII. Jika di pos 6 tadi gersang dan banyak pohon tumbang, jalur ini justru sangat subur. Jalan menuju pos VII ini sangat terjal dan cukup melelahkan. Namun segala kelelahan terbayarkan ketika para pendaki mencapai pos VII dengan melihat pemandangan yang sangat indah. Batu besar merupakan penanda di pos VII ini, kita dapat duduk beristirahat sekaligus menikmati keindahan alam. Lanjut perjalanan, kali ini kita melalui jlur penurunan menuju pos VIII. Dalam perjalanan, dapat dilihat bukti longsor pada tahun 2004 silam. Pos VIII ke pos IX mulai menanjak melewati hutan basah dan lebat. Di pos IX ini biasanya para pendaki bermalam sebelum menuju puncak. Selanjutnya perjalanan menuju pos X sekaligus puncak triangulasi Gunung Bawakaraeng. Selama perjalanan, kita dapat melihat bunga edelweis yang indah. Jalan menuju puncak ini sangat terjal dan berbatu sehingga para pendaki harus barhati-hati. Namun, semua terbayarkan ketika kita tiba di puncak dan melihat pemandangan indah disekitar kita.
Diatas puncak kita merasa seperti berada di langit dan dikelilingi oleh awan-awan serta melihat hijaunya bukit di sekitar. Sungguh sempurna Mahakarya Sang Pencipta :D
Selamat Mendaki, dan Jagalah Kelestarian...